Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif dengan Media
Gambar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
Suwarsono (Program Studi Bahasa
Indonesia FKIP UNIM).
ABSTRACT
Key Words: writing, descriptive pharagraph,
usage of picture media,
Writing is one of language aspects that must
be able to do by student. So, the learning of writing have to do well and use
any learning aids according the characteristic of each writing material.
This research is analysing the effects of
ussage picture as media in the writing of descriptive pharagraph at the 8th
students of SMP Negeri 2 Jatirejo mojokerto.
Latar Belakang
Menulis adalah salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang sangat penting dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa untuk
mendukung fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa adalah belajar berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Melalui kegiatan
pembelajaran bahasa, siswa diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang
meliputi keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
Kurikulum 2006 (Standar Isi) mengamanatkan
bahwa siswa mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi, lebih daripada sekadar
pengetahuan bahasa. Pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dan bersastra, meningkatkan kemampuan berpikir dan
bernalar serta meningkatkan kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga
diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu
memahami informasi yang disampaikan secara lugas/tersurat atau langsung, tetapi
juga yang disampaikan secara terselubung/tersirat atau tidak langsung. Siswa
tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan di dalam
hubungan sosial dan dapat menghargai perbedaan, baik dalam hubungan antarindividu
maupun dalam kehidupan di masyarakat yang berlatar berbagai budaya dan agama.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri
2 Jatirejo Kabupaten Mojokerto khususnya di kelas VIII, yang juga menggunakan
Kurikulum 2006, juga menekankan penguasaan empat keterampilan berbahasa dan
apresiasi sastra. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai
siswa dengan baik adalah keterampilan menulis, baik menulis fiksi maupun
nonfiksi. Setelah kegiatan pembelajaran pada setiap Kompetensi Dasar (KD) Aspek
Menulis, siswa harus menghasilkan “produk”, yaitu tulisan.
Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan
menulis siswa kelas SMP Negeri 2 Jatirejo Kabupaten Mojokerto rendah. Umumnya
siswa mengalami kesulitan ketika memulai menulis paragraf. Menulis kalimat pertama
sebuah paragraf sungguh sulit bagi siswa. Oleh karena itu, menulis yang
sesungguhnya melibatkan semua keterampilan berbahasa siswa adalah kesulitan
siswa yang utama. Hasil tulisan/karangan siswa belum menunjukkan sebagai
karangan yang baik atau belum maksimal, baik dari segi bentuk maupun isi. Dari
segi bentuk masih banyak ditemui kesalahan-kesalahan, misalnya pemenggalan
kata, penulisan kata, penggunaan tanda-tanda yang tidak diperbolehkan,
penggunaan kata sambung ”setelah” yang diulang-ulang, dan kalimat yang tidak
efektif. Dari segi isi ditemui urutan atau alur yang melompat-lompat, dan
gagasan tidak padu.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa
perlu dilakukan berbagai upaya, misalnya pelatihan khusus menulis, penugasan
membaca dan merangkum, penerapan berbagai teknik mengajar menulis yang efektif,
dan penggunaan media pembelajaran menulis yang tepat dan efektif.
Berdasarkan kondisi objektif di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian peningkatan kemampuan menulis
siswa, utamanya menulis paragraf, dengan media gambar.
Kajian Pustaka
1. Menulis sebagai Salah Satu Keterampilan
Berbahasa
Menulis adalah kegiatan menuangkan ide,
gagasan, konsep, pikiran, ataupun imaginasi ke dalam bentuk tulis (cetak).
Sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa, menulis merupakan aspek yang
paling sulit di antara keterampilan lainnya, seperti mendengarkan, berbicara,
dan membaca. Pada kegiatan menulis, siswa dituntut mencurahkan segala
pengetahuan dan kemampuan lainnya untuk dapat menghasilkan sebuah “tulisan”.
Tulisan yang baik umumnya dihasilkan oleh
orang gemar membaca, berwawasan luas, banyak mendengarkan segala sesuatu, dan
mempunyai kemampuan berpikir yang baik. Leonhardt (2005:103) berpendapat bahwa
kebiasaan membaca sangat penting bagi keberhasilan menulis.
Tulisan yang baik memiliki alur, isi, dan
kebahasaannya yang baik. Dari segi alur, tulisan yang baik mempunyai alur
berpikir yang urut, dan berkesinambungan. Dari segi isi, tulisan yang baik
memuat informasi yang benar-benar akurat dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dan dari segi kebahasaan, karangan yang
baik menggunakan ejaan yang benar, diksi yang variatif, kalimat yang efektif,
dan paragraf yang padu.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, siswa
perlu berlatih dan berlatih. Keterampilan menulis tidak bisa diperoleh dengan
cepat seperti halnya belajar membaca. Menulis perlu dibiasakan sejak dini dan
memerlukan proses yang cukup panjang. Kegiatan menulis merupakan suatu
keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Djuharie (2001:121) menyatakan
bahwa kegiatan menulis memerlukan pelatihan dan pembiasaan yang
sungguh-sungguh, sehingga kegiatan yang sulit namun berharga tinggi ini dapat
diwujudkan.
Leonhardt (2005:79-96) mengemukakan kiat
menulis bagi anak usia sekolah antara lain:
- Sarankan agar anak remaja bergabung dengan staf koran, buku tahunan, atau majalah kesusastraan sekolah;
- Bantulah mereka memikirkan cara untuk mulai menggunakan tulisan mereka secara profesional;
- Doronglah anak Anda untuk mengikutsertakan karya terbaiknya dalam sayembara menulis atau mengirimkannya ke majalah.
- Dorong anak Anda menerbitkan karya mereka sendiri.
DePorter (2002:179) menyatakan,“menulis
adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional)
dan belahan otak kiri (logika).” Selanjutnya, DePorter (2002:194-195)
mengemukakan tahap-tahap proses menulis yang efektif untuk semua jenis tulisan,
yaitu:
- Persiapan : melakukan pengelompokan (clustering) dan menulis cepat (fastwriting);
- Draft Kasar : pengeksplorasian dan pengembangan gagasan-gagasan;
- Memperbaiki : dari umpan balik, perbaiki tulisan tersebut dan bagikan lagi;
- Penyuntingan: Perbaiki semua kesalahan tatabahasa dan tanda baca;
- Penulisan Kembali: Masukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan;
- Evaluasi: Pemeriksaan apakah tugas menulis itu sudah selesai.
2. Paragraf
Paragraf adalah kesatuan yang lebih tinggi
dari kalimat. Paragraf hanya terdiri dari satu tema. Paragraf bukan satu
kalimat, tetapi beberapa kalimat yang memiliki satu pokok pikiran. Pokok
pikiran dalam paragraf didukung oleh adanya kesatuan arti yang bersumber dari
beberapa kalimat. Jadi, paragraf bukan kumpulan dari beberapa kalimat yang
tidak memiliki kesatuan arti. (Anwar Hasnun, 2006:25).
Dalam sebuah paragraf yang baik dituntut
adanya prinsip-prinsip:
(1) Kesatuan
Kesatuan menunjukkan bahwa kalimat-kalimat
yang ada dalam satu paragraf mendukung satu tema/pikiran. Kesatuan dalam
paragraf menyangkut pembicaraan tentang gagasan utama dan gagasan
tambahan/pendukung. Keduanya dalam perwujudan berupa kalimat utama dan kalimat
penjelas. Posisi kalimat utama dan kalimat penjelas tidak selalu tetap. Dalam
hal ini kalimat utama dapat mengambil posisi di awal paragraf, di akhir
paragraf, di awal dan di akhir paragraf, serta di seluruh kalimat dalam
paragraf.
(2) Kepaduan (Koherensi)
Kepaduan mengacu kepada hubungan yang
harmonis antar kalimat dalam paragraf. Kepaduan paragraf menunjukkan kepada
pengertian bahwa kalimat-kalimat yang mendukung paragraf itu terjalin apik dan
harmonis. Perpindahan dari kalimat yang satu ke kalimat berikutnya mengalir
secara wajar dan lancar. Hubungan antarkalimat inilah justru yang memudahkan
pembaca memahami paragraf itu.
Kehadiran sebuah dalam paragraf yang tidak
mempunyai fungsi yang mendukung secara langsung pikiran utama, akan mengurangi
kepaduan. Kalimat yang demikian disebut kalimat sumbang. Dengan demikian, dalam
kepaduan paragraf tidak diinginkan kehadiran kalimat sumbang itu.
(3) Pengembangan
Pengembangan mengacu kepada teknik penyusunan gagasan-gagasan dalam
paragraf, baik gagasan utama maupun gagasan bawahan. Semakin rinci seorang
penulis mengemukakan gag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar